Gasibu
di hari Minggu pagi memang tak akan pernah sepi. Gasibu di hari Minggu
pagi selalu jadi tujuan rekreasi penuh sensasi. Untuk mencari sarapan
pagi ataupun sekedar mengajak jalan-jalan anak istri. Gasibu di hari
Minggu pagi, sepertinya akan selalu ramai hingga nanti
Ada pemandangan yang berbeda bila Anda datang ke
lapangan Gasibu pada hari Minggu pagi. Tanah lapang yang tepat berada di
seberang Gedung Sate ini (diantara Jl. Diponegoro dan Jl.Surapati)
selalu berubah menjadi lautan manusia pada setiap hari Minggu pagi atau
hari libur. Padahal di hari biasa, kondisi Gasibu dan sekitarnya
biasa-biasa saja, paling hanya dilewati oleh para pengendara motor
maupun mobil. Bagian tanah lapangnya pun cenderung kosong melompong,
kecuali memang ada kegiatan upacara atau aktivitas olahraga para PNS di
lingkungan Gedung Sate pada hari Jum’at.
Badan jalan di depan lapangan Gasibu yang tergusur oleh para pedagang kaki lima setiap hari Minggu pagi (indra kh)
Namun kondisi Gasibu di hari Minggu bisa berubah drastis. Salah satu
areal terbuka yang masih tersisa di kota kembang ini seakan menjadi
pusat keramaian warga Bandung di pusat kota. Ribuan warga kota seakan
tumplek blek mendatanginya. Diantara mereka ada yang berniat berolahraga
(semisal aerobik atau lari pagi), ada juga yang berniat sekedar mencari
menu sarapan pagi atau jalan-jalan saja. Bahkan bila saya amati
kebanyakan orang yang datang ke tempat tersebut hanya ingin berbelanja
di pasar dadakan ini. Pasalnya banyak barang-barang di tempat ini yang
dipasarkan dalam harga miring dan bersaing. Saat ini para pedagang kaki
lima yang berjualan di tempat tersebut tak hanya terkonsentrasi di
sekitar lapangan Gasibu saja, bahkan sudah melebar hingga ke Monumen
Perjuangan Rakyat Jawa Barat di sekitar Jl. Dipatiukur.
Pusat keramaian yang meluas hingga Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat – sebelah utara lapangan Gasibu (indra kh)
Tak cuma kalangan menengah ke bawah yang mendatangi
Gasibu di hari Minggu pagi. Kalangan atas berkantong tebal dan bermobil
mewah pun tidak pernah sungkan untuk berjalan-jalan dan bahkan
berbelanja di tempat ini. Warga kota yang datang tak hanya didominasi
anak muda atau ABG. Orang tua, pria-wanita, anak-anak bahkan kakek nenek
pun berbaur di Gasibu pada Minggu pagi.
Pemandangan pasar kaget sekitar Gasibu yang dipadati penjual dan pembeli (indra kh)
Gasibu di hari Minggu pagi seakan berubah menjadi lokasi belanja
one stop shopping.
Para pengunjung tempat ini tinggal memilih barang-barang maupun makanan
yang mereka inginkan. Dari mulai pakaian, alat rumah tangga, aneka
assesoris, hingga janji manis penawaran cicilan motor dari para dealer
ada di sini. Untuk makanan, di Gasibu tersedia beraneka macam dan rasa.
Dari mulai menu sarapan seperti kupat tahu, nasi kuning, lontong kari,
lalu makanan modern seperti zupa-zupa hingga makanan tradisional seperti
serabi ada di sini.
Pemandangan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat pada hari biasa (indra kh)
Sedikit merunut ke belakang tentang sejarah lokasi ini.
Sumbernya
saya ambil dari berbagai tulisan di media. Salah satunya bersumber dari
tulisan seorang warga masyarakat (tinggal di Taman Sari) bernama Bapak
Ruchiyat yang dimuat HU. Pikiran Rakyat pada 19 Juni 2005 lalu.
Menurutnya, sekira tahun 1953 berdiri sebuah lapangan sepak bola yang
berlokasi di Jalan Badaksinga. Di sana sering diselenggarakan
pertandingan antar persatuan sepak bola (PS) yang ada waktu itu bola
yang digunakan masih sangat sederhana (menggunakan pentil dan digosok
pakai lilin).
Berhubung lokasi lapangan tersebut akan dibangun
proyek air bersih dengan nama HBM (sekarang PDAM), para pengurus PS
berembuk dan meminta izin kepada pemerintah untuk memakai lokasi di
depan Gedung Sate, yang pada saat itu masih berupa semak belukar.
Setelah mendapat izin dari pemerintah, para pencinta sepak bola waktu
itu melakukan kerja bakti untuk membangun lapangan sepak bola tersebut,
dan pada tahun 1955 lapangan sepak bola yang sangat sederhana terbentuk
dan diberi nama Gasibu (Gabungan Sepak Bola Indonesia Bandung Utara).
Inilah sebenarnya yang menjadi cikal bakal awal munculnya nama Gasibu.
Jadi bila saat ini ada yang menamakan atau menulis
Gasibu dengan nama atau sebutan lain, semacam : Gazeebo, Gazibu, maupun
nama lain yang menjadi merubah nama asli maupun artinya, tentu sangat
disayangkan. Karena hal tersebut tidak sesuai dengan sejarah tempat ini.
Intinya, Gasibu bukan Gazeebo, Gasibu bukan Gazibu, Gasibu tetaplah
Gasibu (Gabungan Sepak Bola Indonesia Bandung Utara).
Pilih-pilih pilih pilih, acak corak ! Hiruk pikuk Gasibu di Minggu pagi (indra kh)
Gasibu di hari Minggu pagi memang tak akan pernah sepi. Gasibu di
hari Minggu pagi selalu jadi tujuan rekreasi penuh sensasi. Untuk
mencari sarapan pagi ataupun mengajak jalan-jalan anak istri dan famili.
Gasibu di hari Minggu pagi, sepertinya akan selalu ramai hingga nanti.
About these ads